![]() |
Pdt.Dr, Demianus Ice, S.H, M.Th |
Oleh: Apner Songa
Halmahera Utara, 12 Februari 2025 – Sebuah momen bersejarah tercatat dalam perjalanan Gereja Masehi Injili di Halmahera (GMIH) dengan dikembalikannya Yayasan Saro Nifero (SANRO) ke pangkuan Sinode GMIH setelah kurang lebih 24 tahun dikelola secara mandiri sejak tahun 2002 oleh perorangan maupun kelompok tertentu yang berlindung di bawah Pemerintah Kabupaten Halmahera Utara.
Yayasan Saro Nifero (SANRO) merupakan lembaga yang didirikan oleh Sinode GMIH pada tahun 1987 dengan visi utama untuk memberdayakan masyarakat desa melalui program unggulan Pusat Pengkajian dan Latihan Pengembangan Pedesaan (PPLPP). Sejak awal, SANRO telah memainkan peran penting dalam pembangunan berkelanjutan di wilayah pedesaan dengan berbagai program strategis, antara lain:
- Pemberdayaan kelompok tani dan nelayan.
- Introduksi serta adopsi teknologi tepat guna.
- Introduksi benih unggul seperti vanili dan merica.
- Pemantapan sustainable agriculture di pulau-pulau kecil.
- Penguatan Badan Perencanaan Desa serta perancangan regulasi desa terpadu.
- Implementasi program partisipatif masyarakat dalam pembangunan desa.
Selama bertahun-tahun, berbagai program yang dijalankan oleh SANRO telah berhasil memberikan dampak positif bagi masyarakat, berkat dukungan dari para donor internasional serta sinergi dengan pemerintah daerah. Namun, dalam proses panjang perjalanan yayasan ini, muncul gagasan untuk mengembalikannya kepada GMIH sebagai pemilik sah dan rahim awal kelahirannya.
Keputusan konkret akhirnya diambil pada 12 Februari 2025, ketika secara resmi Pengurus Yayasan SANRO menyerahkan kembali kepemilikan yayasan beserta seluruh unit-unit di bawahnya, termasuk Politeknik PADAMARA dan Credit Union (CU) Saro Nifero, kepada Sinode GMIH.
![]() |
Proses penyerahan dokumen kepemilikan oleh pengurus Yayasan Sanro kepada pimpinan Sinode GMIH |
Langkah ini menjadi bagian dari upaya strategis Sinode GMIH di bawah kepemimpinan Pdt. Dr. Demianus Ice, SH., M.Th dalam memperkuat peran gereja sebagai agen pembangunan sosial dan ekonomi yang berkelanjutan. Keputusan ini juga menunjukkan keberanian Sinode GMIH dalam merebut kembali aset berharga yang telah lama terpisah dari pengelolaan gereja.
Yang menjadi perhatian utama saat ini adalah bahwa unit-unit Yayasan Saro Nifero berada dalam kondisi yang tidak stabil, baik dari segi manajemen tata kelola maupun keuangan. Hal ini menjadi tantangan besar bagi Sinode GMIH dalam menata kembali yayasan agar dapat kembali berjalan sesuai dengan visi dan misi awalnya sebagai lembaga pemberdayaan masyarakat berbasis gereja.
Dengan kembalinya Yayasan SANRO ke Sinode GMIH, diharapkan program-program strategis yang telah berjalan dapat semakin diperkuat dan memberikan manfaat yang lebih luas bagi komunitas yang membutuhkan. Langkah ini bukan hanya simbol restorasi kepemilikan, tetapi juga tonggak sejarah dalam perjalanan gereja dalam membangun kemandirian serta pelayanan bagi jemaat dan masyarakat luas.
![]() |
Penandatanganan Berita acara penyerahan dokumen kepemilikan Yayasan Sanro |
Langkah ini menjadi bukti bahwa gereja tidak hanya hadir sebagai lembaga spiritual, tetapi juga sebagai mitra utama dalam pembangunan berkelanjutan yang berbasis pada keadilan sosial, partisipasi masyarakat, serta kesejahteraan bersama. (*)