Fakultas Teologi Uniera Gelar Kuliah Umum, Hadirkan Pembicara Nasional

Editor: KritikPost.id

Ket: Foto bersama Pembicara, Dekan Fakultas Teologi, Peserta Kuliah Umum

KRITIKPOST.ID
, HALUT– Fakultas Teologi Universitas Halmahera (Uniera), mengadakan kuliah umum bertajuk "Pergumulan Gereja-gereja di Indonesia dalam perspektif PGI" yang berlangsung di Gedung Gereja tiberias wari Ino. Jumat, (13/09/2024).

Dalam kuliah umum tersebut, menghadirkan narasumber dari Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI), yakni Pdt Lenta Enni Simbolon, M.Div., Th.M. Sekretaris Eksekutif Bidang KPG (Keesaan dan Pembaruan Gereja) , Pdt Jimmy M Imanuel. M.A. Sekretaris Eksekutif Bidang KKC, (Kesaksian dan Keutuhan Ciptaan), Pdt. Henrek Lokra M.Th, Sekretaris Eksekutif Bidang KP (Keadilan Perdamaian). 

Dari kuliah umum tersebut, ke tiga pemateri itu mengerucutkan materinya pada bidangnya masing-masing. Seperti Pdt. Lenta, "Krisis Keesaan" haruslah menjadi perhatian bersama, tentang "baptisan" semua gereja-gereja anggota PGI ditengah dinamika gereja akhir-akhir ini perlu disosialisasikan secara baik supaya warga gereja kita tidak salah memahaminya.  Semangat Oikumene yang berakar  pada doa Tuhan Yesus "Ut omnes unum sint" (Supaya mereka semua menjadi satu). Ungkapan ini sendiri merupakan intisari dari isi doa Tuhan Yesus yang tertulis di dalam Yohanes 17:20-23. Keesaan gereja harus terus didialogkan untuk menemukan titik temu supaya amanat keesaan menjadi nyata bukan format semata.

Sementara itu, soal Krisis ekologi, Pdt Jimy memaparkan gagasan, kita harus hadapi bahwa pencemaran lingkungan, kapitalisasi air, menyebabkan kualitas air kita menurun dan lain-lain. Kita harus membangun kesepahaman bersama, semuanya harus dimuliakan dan jangan jual hak kesulungan kita (daya kritis, inovasi, kecerdasan, kewarasan). Jangan kita berikan hak kesulungan kita, hanya karena kita diberi sesuatu, lalu mengorbankan dan mengadaikan potensi alam kita, termasuk manusia.

Sementara itu, Pdt Lokra dengan kritis memaparkan bahwa, Krisis kebangsaan yang kita hadapi sepertinya terletak pada bangunan teologi yang dibangun salah, sehingga mempengaruhi posisi politik kita. 

Demokrasi itu hanya prosedural. Politik itu menentukan kebijakan negara, karena itu gereja harus bekerja keras mengambil bagian mengatur (polis). 

Karena realitas membuktikan bahwa kekayaan negara hanya (1%) yang dinikmati oleh masyarakat sebanyak 200 juta lebih, sementara kelompok kecil yang  menikmati kekayaan negara (99%) dari negara yang besar ini. Apakah gereja tidak mau terlibat didalam politik? Kita sudah berada  pada Generasi pasca kebenaran (Zaman Post truth).  Jadi, gereja harus ambil bagian untuk menentukan masa depan bangsa dan negara. 

Kuliah umum itu digelar pada pukul 10.00 WIT, dan sebanyak 151 peserta dari Fakultas Teologi menghadiri kegiatan tersebut. 

(MM/RED)

Share:
Komentar

Berita Terkini

 
Copyright © 2021 KritikPost.id | Powered By PT. CORONGTIMUR MEDIA GRUP - All Right Reserved.